Di tengah pesatnya perkembangan game dengan kualitas grafis tinggi, permainan berkonsep retro terus mendapat tempat di hati para gamer. Nostalgia menjadi salah satu faktor utama yang membuat game klasik kembali diminati, terutama oleh generasi yang tumbuh di era kejayaan game 8-bit dan 16-bit. Tidak ada kepastian kapan tren ini kembali berkembang, namun sejak 2016, game retro mulai menarik perhatian dengan dirilisnya Nintendo Classic Mini, versi mini dari Nintendo Entertainment System yang hadir dengan 30 game klasik dalam resolusi tinggi. Kehadiran konsol ini disambut antusias oleh para gamer, terutama mereka yang ingin kembali mengenang masa kecilnya melalui permainan-permainan lawas.
Seiring waktu, berbagai developer mulai mengembangkan game berkonsep retro, baik dalam format 2D maupun 3D. Tidak hanya terbatas pada konsol, game-game ini juga mulai merambah perangkat pintar. Chief Strategy Officer PT Agate International, Cipto Adiguno, menyatakan bahwa game retro masih memiliki penggemar setia, termasuk pemain baru yang mencari pengalaman berbeda dari game modern. Developer Indonesia juga mulai memanfaatkan tren ini dengan menyasar pasar Eropa dan Amerika Serikat, mengingat pengembangan game retro lebih sederhana secara teknis sehingga memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada cerita dan desain visual.
Meskipun demikian, game retro tidak selalu mempertahankan semua elemen klasiknya. Banyak developer kini mengadaptasi unsur modern, seperti palet warna yang lebih kaya dan mekanisme permainan yang lebih dinamis. Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI), Shafiq Husein, menilai bahwa pasar game retro memang niche, namun tetap memiliki penggemar setia. Tren game saat ini cenderung mengarah ke resolusi tinggi dan grafis realistis, tetapi game berkonsep retro yang dikemas secara modern tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi pemain yang mencari pengalaman berbeda di tengah dominasi game-game AAA.