Tag Archives: Mainan Klasik

Nostalgia Seru di Zero Toys, Surga Koleksi Mainan Era 80-an di Bandung

Bandung kembali menghadirkan destinasi wisata unik yang wajib dikunjungi, yakni Zero Toys, sebuah museum mainan yang menghadirkan nuansa penuh nostalgia. Mengusung konsep museum, tempat ini mengoleksi ribuan mainan dari ikon dan karakter populer yang membesarkan anak-anak era 1980-an. Berlokasi di pusat kota, tepatnya di Jalan Sunda No. 39a, Sumur Bandung, Zero Toys menjadi satu-satunya museum di Indonesia yang fokus pada koleksi mainan klasik tersebut.

Walau usianya sudah puluhan tahun, mainan-mainan di Zero Toys tetap terjaga kondisinya dengan baik. Museum ini sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 1999 dan menjadi impian banyak kolektor tanah air. Lebih dari 3.500 koleksi dapat ditemukan di sini, mulai dari mainan karakter anime, serial TV legendaris, hingga mainan non-karakter yang begitu ikonik pada zamannya. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah koleksi lengkap Star Wars, mencakup mainan, novel, hingga memorabilia yang membawa pengunjung seolah menjelajahi galaksi masa lalu.

Zero Toys terdiri dari tiga lantai, di mana selain museum, tersedia juga toko mainan bagi pengunjung yang ingin membawa pulang sebagian kenangan. Bagi pecinta video game, tersedia pula berbagai koleksi permainan klasik yang siap membangkitkan kenangan masa kecil. Museum ini beroperasi setiap Jumat hingga Minggu, dan untuk kunjungan khusus, pengunjung dapat mengatur jadwal lewat akun Instagram resminya. Menariknya, untuk masuk, pengunjung cukup membeli merchandise berupa stiker pack bertema 1980-an, tanpa perlu membayar tiket masuk konvensional.

Museum Mainan 198x: Tempat Nostalgia Seru Masa Kecil di Bandung

Bayangkan jika memori mainan klasik dari dekade 80-an bisa diabadikan dalam sebuah museum. Hal ini terwujud di Museum Mainan 198x, yang terletak di Jalan Sunda No. 39A, Bandung. Museum ini menjadi tempat yang sempurna untuk merasakan kembali kenangan masa kecil dengan berbagai koleksi mainan dari era 1980-an. Dengan desain yang menarik, museum ini mengundang pengunjung untuk bernostalgia dan mengingat kembali momen-momen bahagia di masa lalu.

Museum Mainan 198x didirikan oleh Aldo Ikhwanul Khalid, yang memiliki kecintaan mendalam terhadap mainan klasik. Koleksi pertama yang dimulai dengan dua etalase kecil berkembang pesat, hingga akhirnya Aldo membuka toko mainan kolektor pertama di Bandung pada tahun 1999, bernama Zero Toys. Pada tahun 2005, koleksi tersebut diubah menjadi museum untuk menghormati mainan dari era 1980-an. Nama “198x” dipilih untuk menggambarkan periode antara 1980 hingga 1989, sebuah era yang tak terlupakan bagi banyak orang.

Saat ini, museum ini memiliki lebih dari 3.000 jenis mainan, dari berbagai belahan dunia, termasuk mainan buatan Amerika dan Jepang. Koleksi yang paling populer adalah mainan robot Jepang, yang terinspirasi oleh film-film robot Jepang yang booming di masa itu. Museum ini menawarkan pengalaman visual yang mengesankan, dengan mainan-mainan yang dipajang secara rapi. Selain itu, pengunjung dapat membeli merchandise eksklusif yang berfungsi sebagai tiket masuk.

Museum Mainan 198x telah menjadi tujuan favorit bagi kolektor dan penggemar mainan dari berbagai usia. Tempat ini buka setiap hari mulai pukul 10.00 hingga 20.00 WIB, menjadikannya destinasi ideal untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga atau teman-teman.

Truk Kayu dan Bahagia yang Sederhana dari Masa Lalu

Pemandangan seorang anak asyik bermain mobil-mobilan truk kayu kini terasa langka, terutama di tengah hiruk pikuk kota. Namun, bagi yang tumbuh di era 90-an, terutama di kawasan Bekasi, pemandangan seperti ini bukanlah hal asing. Dulu, mainan truk mini dari kayu yang ditarik dengan seutas tali menjadi salah satu hiburan favorit anak-anak. Sebelum populernya mobil remote control, mainan kayu buatan tangan pengrajin lokal ini begitu digemari, meski tak dijual di semua pasar mainan. Hanya segelintir anak yang memilikinya, karena harus membelinya langsung ke sentra pengrajin.

Mobil truk kayu itu tak hanya menarik secara bentuk, tapi juga fungsional. Meski sederhana, mainan ini dikenal kokoh dan tahan lama, bahkan bisa dinaiki oleh balita. Tali yang terikat pada mobil bisa digunakan untuk menariknya mengelilingi halaman rumah atau kampung. Tak jarang, mobil ini juga dimanfaatkan untuk mengangkut batu kecil, membuat permainan terasa lebih nyata dan seru.

Kebahagiaan anak-anak saat itu begitu tulus. Mereka tak peduli apakah mainan tersebut mahal atau murah, karena yang penting adalah rasa senang saat bermain. Kini, truk kayu seperti itu mulai menghilang dari lingkungan perumahan, tergeser oleh pesatnya perkembangan teknologi dan kehadiran gawai.

Padahal, mainan lokal seperti ini memiliki nilai budaya yang tinggi. Selain menjadi wujud kreativitas daerah, mainan ini juga dapat menjadi sumber penghasilan masyarakat. Sudah semestinya produk khas seperti ini dilestarikan sebagai bagian dari warisan lokal.