Di balik tren koleksi figur mainan, ternyata terdapat fenomena menarik yang melibatkan kalangan dewasa muda. Bukan hanya anak-anak, namun generasi muda yang sudah memasuki usia dewasa turut memburu berbagai koleksi mainan yang dulu hanya menjadi kenangan masa kecil. Fenomena ini dikenal dengan istilah kidult, di mana orang dewasa yang masih menyukai mainan seakan kembali menghidupkan kenangan masa kecil mereka melalui koleksi tersebut.
Seiring berjalannya waktu, koleksi mainan pun berkembang menjadi lebih dari sekadar hobi. Beberapa kolektor menganggap barang-barang tersebut sebagai investasi sekaligus sarana untuk mengekspresikan kecintaan terhadap karakter-karakter favorit mereka, seperti dari film, komik, atau bahkan game. Misalnya, figur-figur seperti karakter dari Pokemon, One Piece, Star Wars, Lego, hingga Hot Wheels menjadi favorit banyak kolektor dewasa muda yang ingin memiliki replika dari karakter yang mereka idolakan.
Momen Mengulang Kembali Memori Masa Kecil
Bagi banyak kolektor, membeli mainan bukan hanya soal barang, tapi lebih kepada nostalgia dan kenangan masa kecil yang ingin mereka ulang. Bobby Putra Santosa (31), seorang kreator konten asal Jakarta, adalah salah satu contoh kolektor yang kembali mengumpulkan figur-figur mainan sejak empat tahun lalu. “Saya bisa membeli mainan ini dengan uang hasil kerja keras sendiri, yang dulu nggak bisa saya dapatkan waktu kecil,” katanya. Salah satu koleksi favorit Bobby adalah Kinoman Warriors, mainan kecil yang awalnya hanya didapatkan sebagai hadiah dari permen Kinoman. Pada era 2000-an, harga permen Kinoman sangat murah, namun kini satu seri action figure bisa dijual hingga Rp 12 juta.
Tidak hanya mengumpulkan barang-barang lawas, Bobby juga menyempatkan diri untuk memesan figur-figur edisi terbatas yang sering kali hanya diproduksi untuk merayakan ulang tahun karakter tertentu. “Biasanya untuk barang-barang edisi khusus, saya harus pre-order. Kalau tidak, bisa saja kehabisan,” tambah Bobby yang juga mengungkapkan bahwa ia bisa menghabiskan Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per bulan untuk melengkapi koleksinya.
Dari Hobi ke Bisnis
Selain Bobby, pasangan suami-istri Michael Brahmantya (30) dan Monica Galuh (28) juga turut serta dalam fenomena ini. Mereka mengoleksi beragam barang bertemakan Pokemon, mulai dari figurine hingga gantungan kunci. Monica mengungkapkan bahwa kegemarannya mengoleksi barang-barang lucu dan menggemaskan memberi warna tersendiri dalam hidupnya. “Kehadiran mainan ini menambah kebahagiaan dalam hidup, dan bisa lebih menghargai hal-hal kecil,” ujarnya.
Menariknya, banyak kolektor seperti Brahm yang tidak hanya membeli untuk koleksi pribadi, tetapi juga untuk dijadikan konten di media sosial. Mainan-mainan mereka sering kali muncul dalam video unboxing atau bahkan menjadi objek pemanis dalam konten lainnya. “Jadi, tidak hanya dipajang, beberapa koleksi bisa dijual lagi jika dibutuhkan,” kata Brahm. Sehingga, koleksi mainan pun menjadi lebih dari sekadar hobi, melainkan juga sebuah peluang untuk menciptakan konten yang menarik di dunia maya.
Pop Mart dan Tren “Labubu” yang Kian Menjadi Primadona
Di luar koleksi figur lawas, fenomena kidult juga diramaikan dengan hadirnya karakter-karakter baru yang dibuat oleh perusahaan mainan asal China, Pop Mart. Salah satu karakter paling laris adalah Labubu, seorang peri kelinci dengan rambut pastel dan gigi tajam seperti monster. Karakter ini, bersama beberapa figur unik lainnya, hadir dalam bentuk blind box atau kotak rahasia yang membuat kolektor tidak tahu figur apa yang akan mereka dapatkan. Dengan harga yang bervariasi, produk Labubu laris manis dan bahkan menjadi tren di kalangan kolektor muda.
Fenomena ini semakin populer dengan adanya dukungan dari selebritas internasional seperti Lisa dan Rose dari Blackpink yang memperkenalkan Labubu melalui media sosial mereka. Tren ini merambah ke Indonesia, dengan banyaknya penggemar yang rela antre panjang untuk membeli figur tersebut. Harga Labubu bervariasi mulai dari Rp 136 ribu hingga Rp 1,45 juta, tergantung pada jenis dan kelangkaannya. Hal ini semakin mempertegas bahwa koleksi mainan bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan bentuk investasi.
Kidult: Kembali Menghargai Kenangan dan Mengisi Kekosongan Hidup
Fenomena kidult ini muncul seiring dengan perubahan gaya hidup dewasa muda yang lebih mandiri secara finansial. Di tengah kehidupan yang sibuk dan kadang penuh tekanan, banyak orang dewasa yang mencari cara untuk kembali menikmati hal-hal sederhana yang menyenangkan, seperti mengoleksi mainan. Beberapa dari mereka bahkan menganggap bahwa membeli mainan adalah cara untuk mengisi kekosongan hidup dan merayakan kebahagiaan yang mereka rasakan saat ini.
Menurut firma riset NPD, kelompok kidult ini tumbuh pesat, terutama di kawasan Asia Tenggara, yang dipicu oleh urbanisasi dan meningkatnya pendapatan. Dalam laporan Euromonitor International, pasar mainan dewasa diprediksi akan terus berkembang, dan para kidult diperkirakan akan tetap mendominasi industri ini. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun usia semakin bertambah, tidak ada yang bisa menghalangi kecintaan terhadap hal-hal yang membawa kebahagiaan di masa kecil.
Dengan potensi pasar yang besar dan semakin berkembangnya berbagai koleksi mainan, para kidult ini terus menciptakan tren baru dan menjadi target pasar yang menguntungkan bagi produsen mainan di seluruh dunia. Jadi, apakah Anda juga termasuk dalam generasi yang kembali berburu mainan favorit masa kecil?