Tag Archives: Kolektor Mainan

Rangga Moela, Artis yang Kecanduan Koleksi Art Toys Langka

Rangga Moela, yang dikenal lewat kiprahnya di dunia hiburan, memiliki hobi unik yang berbeda dari kebanyakan orang. Selain berkarir di industri musik dan film, Rangga adalah seorang kolektor art toys atau mainan seni. Dalam sebuah kesempatan, Rangga mengungkapkan kecintaannya terhadap mainan langka yang bernilai seni tinggi. “Aku sangat menghargai karya seni, terutama yang diciptakan oleh seniman-seniman pembuat mainan,” katanya saat ditemui di gerai Pop Mart, Jakarta Utara.

Salah satu jenis mainan yang paling banyak dikoleksi oleh Rangga adalah Labubu. Artis yang pernah bermain dalam film Catatan Akhir Kuliah ini bahkan sudah memiliki lebih dari 100 koleksi Labubu. Koleksinya beragam, mulai dari boneka, action figure, hingga berbagai aksesoris kecil seperti tas dan bag charm yang semuanya bertemakan Labubu. Menariknya, beberapa edisi Labubu yang dimilikinya sangat eksklusif dan hanya tersedia di negara tertentu. “Contohnya di Thailand ada Labubu versi Thailand, dan di Singapura ada Labubu Merlion hasil kolaborasi,” jelas Rangga.

Untuk mendapatkan koleksi edisi terbatas ini, Rangga tak segan-segan melakukan perjalanan jauh. Salah satunya adalah ke Singapura untuk mendapatkan Labubu Merlion yang sangat sulit ditemukan. “Jarak terjauh yang aku tempuh untuk Labubu adalah ke Singapura karena versi ini langka banget,” tuturnya. Meski begitu, Rangga berharap kolektor mainan di Indonesia bisa menikmati produk-produk tersebut tanpa harus bepergian ke luar negeri, mengingat harga di Indonesia lebih terjangkau.

Yoyo Termahal di Dunia, Mainan Unik yang Jadi Incaran Kolektor

Bagi para kolektor mainan, memiliki yoyo dengan harga fantastis bisa menjadi hobi yang memberikan kepuasan tersendiri. Meski terkesan sederhana, yoyo sebenarnya merupakan sebuah karya seni yang membutuhkan keterampilan, ketekunan, serta konsistensi dalam memainkannya. Tidak heran jika beberapa orang rela mengeluarkan dana besar demi mendapatkan yoyo langka dengan nilai historis dan desain eksklusif.

Salah satu yoyo yang paling dicari adalah Original Pedro Flores, yang dianggap sebagai yoyo tertua di dunia. Karena statusnya sebagai barang antik, harga jualnya bisa mencapai Rp11 juta. Selain itu, ada YoyoJam Next Level yang dibuat dari bahan aluminium kelas pesawat terbang, memberikan stabilitas luar biasa saat diputar dengan kecepatan tinggi. Yoyo ini dijual dengan harga Rp2 juta. Yoyo langka lainnya adalah Yoyo Richard Nixon, yang memiliki tanda tangan Presiden AS ke-37 serta pernah dimiliki oleh legenda musik terkenal. Nilai jualnya mencapai Rp238 juta, menjadikannya sebagai yoyo termahal di dunia.

Tidak hanya itu, YoYo Factory juga merilis yoyo unik bernama Catch 22 yang dilengkapi dengan perangkat lunak dan dibanderol seharga Rp10 juta. Sementara itu, perusahaan Australia Jack Russell pernah meluncurkan Yoyo Special Coca-Cola dalam jumlah terbatas, membuat harganya melonjak hingga Rp28 juta. Terakhir, Duncan Freehand De-Luxxe yang terbuat dari 99% magnesium ditawarkan dengan harga Rp8 juta per unit.

Dengan nilai historis dan keunikannya, yoyo-yoyo ini menjadi incaran kolektor yang ingin memiliki lebih dari sekadar mainan, tetapi juga sebuah karya seni berharga.

Fenomena Boneka Labubu dan Budaya KEPO serta FOMO di Era Digital

Boneka Labubu menjadi salah satu koleksi yang tengah populer di Indonesia setelah diperkenalkan oleh POP MART, perusahaan mainan ternama yang dikenal dengan produk edisi terbatasnya. Kehadiran boneka ini langsung menarik perhatian kolektor serta masyarakat luas, terutama melalui media sosial yang berperan besar dalam menyebarkan tren. Dengan berbagai unggahan foto dan video, rasa penasaran masyarakat meningkat, menciptakan fenomena KEPO (Knowing Every Particular Object) dan FOMO (Fear of Missing Out), dua perilaku yang kerap terjadi dalam kehidupan digital saat ini.

Di Indonesia, KEPO dan FOMO semakin marak seiring meningkatnya penggunaan media sosial. Budaya komunal yang kuat membuat masyarakat merasa perlu mengetahui tren terbaru agar tetap terhubung dengan lingkungan sekitar. Selain itu, tekanan sosial juga berperan dalam mendorong orang untuk mengikuti tren, seperti saat boneka Labubu menjadi viral. Banyak yang merasa perlu ikut serta dalam percakapan agar tidak dianggap ketinggalan.

Meskipun tren ini menarik, terlalu terlibat dalam KEPO dan FOMO dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan keinginan berlebihan dalam mengikuti tren. Mengurangi waktu di media sosial, menentukan prioritas pribadi, serta berlatih mindfulness dapat membantu mengatasi ketergantungan terhadap tren yang bersifat sementara. Dengan pendekatan yang lebih bijak, seseorang dapat tetap menikmati tren tanpa terjebak dalam tekanan sosial yang berlebihan, sehingga kehidupan menjadi lebih seimbang dan bermakna.

Zero Toys: Museum Mainan di Bandung yang Bawa Nostalgia Era 1980-an

Bandung kembali menghadirkan destinasi wisata unik yang patut dikunjungi, yakni museum mainan Zero Toys. Berbeda dari museum pada umumnya, tempat ini menyimpan berbagai koleksi mainan yang berasal dari era 1980-an, menghadirkan nostalgia bagi para pengunjung dari berbagai kalangan. Berlokasi di Jalan Sunda No. 39a, Sumur Bandung, museum ini telah ada sejak tahun 1999 dan menjadi tempat impian bagi para kolektor mainan di Indonesia. Zero Toys juga dikenal sebagai pusat mainan konsinyasi, terutama untuk item langka yang banyak diincar kolektor.

Museum ini memiliki lebih dari 3.500 koleksi mainan, mencakup berbagai karakter dari anime, serial TV, hingga tokoh ikonik dari masa lalu. Salah satu koleksi utama yang menjadi daya tarik adalah mainan Star Wars yang sangat lengkap, mulai dari action figure, novel, hingga berbagai memorabilia lainnya. Pengunjung yang merupakan penggemar berat Star Wars dapat menikmati pengalaman serasa berada di dunia galaksi yang jauh. Selain itu, museum ini juga menyediakan berbagai koleksi video game klasik yang dapat dimainkan, menjadi tempat nostalgia bagi pecinta game retro.

Zero Toys terdiri dari tiga lantai, di mana selain area museum, terdapat toko mainan yang menjual berbagai koleksi unik. Menariknya, museum ini tidak buka setiap hari, melainkan hanya beroperasi dari Jumat hingga Minggu. Namun, bagi yang ingin datang di luar jadwal tersebut, bisa melakukan konfirmasi terlebih dahulu melalui akun Instagram resmi @zerotoys dan @museum198x. Pengunjung tidak dikenakan biaya tiket masuk, tetapi cukup membeli merchandise berupa stiker pack bertema tahun 1980-an sebagai tanda masuk dan kenang-kenangan.

Kolektor Mainan Antonius Soedjono, YouTuber yang Mengubah Passion Jadi Karier

Sejak pertama kali terjun ke dunia koleksi action figure pada tahun 2012, Antonius Soedjono telah membangun sebuah perjalanan yang luar biasa dalam mengumpulkan patung-patung karakter ikonik seperti Iron Man, Batman, hingga Superman. Awalnya dimulai sebagai hobi pribadi, kini koleksi tersebut berkembang menjadi sebuah dedikasi yang mendalam terhadap seni dan cerita di balik setiap karakter favoritnya. Hobi ini pun akhirnya membawa Antonius untuk mendirikan sebuah toko yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual-beli, namun juga sebagai ruang komunitas yang menyatukan para kolektor mainan dari berbagai latar belakang.

Dari Hobi Menjadi Sebuah Passion

Antonius mengungkapkan bahwa kecintaannya pada koleksi action figure berawal dari hasratnya untuk memiliki figur favorit. Namun, dengan berjalannya waktu, ia menyadari bahwa koleksi ini lebih dari sekadar hobi—ini adalah bentuk penghargaan terhadap seni dan narasi di balik setiap karakter. “Dulu, saya hanya ingin punya satu atau dua figur dari karakter favorit. Tapi, seiring berjalannya waktu, saya menyadari koleksi ini bukan hanya tentang barang-barang keren. Ini adalah penghargaan saya terhadap seni dan cerita yang ada di baliknya,” jelas Antonius.

Saat ini, koleksinya telah memenuhi dua ruko, dan salah satu yang paling mencolok adalah patung Iron Man setinggi dua meter yang menjadi kebanggaannya. Bagi Antonius, setiap item dalam koleksinya memiliki cerita emosional yang membuatnya jauh lebih berarti. “Setiap koleksi punya kisahnya sendiri. Itu yang membuat saya semakin menghargainya,” tambahnya.

VVIP TOYS: Menciptakan Ruang untuk Komunitas

Pada tahun 2019, Antonius memutuskan untuk mewujudkan impian lainnya dengan mendirikan VVIP TOYS Collectibles Store. Lebih dari sekadar tempat jual-beli, toko ini dirancang dengan konsep yang mendalam untuk menciptakan pengalaman imersif bagi para penggemar dunia koleksi. “Toko ini bukan sekadar tempat untuk bertransaksi. Ini adalah ruang di mana para kolektor bisa merasa diterima, berbagi pengalaman, dan mendukung satu sama lain,” ujar Antonius dengan penuh semangat.

Meningkatkan Pemahaman Melalui Edukasi

Antonius juga berkomitmen untuk membantu kolektor, terutama yang baru memulai, dalam memahami nilai lebih dari setiap barang koleksi. Dengan memanfaatkan platform media sosial seperti YouTube dan Instagram, ia berbagi berbagai informasi mulai dari cara membedakan barang asli dan replika, hingga tips merawat koleksi agar tetap awet. “Koleksi mainan bukan hanya tentang memiliki barang keren, tapi juga tentang memahami nilai seni dan sejarah di baliknya. Saya ingin membantu para kolektor agar bisa lebih menghargai dan merawat koleksi mereka,” jelasnya.

Melalui pendekatan edukatif ini, Antonius berharap dapat mengurangi kesalahan umum yang sering dilakukan oleh kolektor pemula dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keaslian serta perawatan koleksi.

Membangun Komunitas yang Solid

Selain sebagai toko, VVIP TOYS juga menjadi pusat berbagai acara komunitas, seperti diskusi santai dan pertemuan antar kolektor. Kegiatan ini berfungsi sebagai platform untuk mempererat hubungan antar kolektor dan menciptakan rasa kebersamaan yang kuat. Antonius percaya, ruang ini memiliki peran penting dalam membangun jaringan dan memperkuat komunitas kolektor mainan di Indonesia. “Kami ingin menciptakan sebuah komunitas yang saling mendukung, berbagi, dan memperkaya pengetahuan bersama,” tutup Antonius.